Title : If You
Author : hbyung88 (contact person IG : @ckyhy_elf / Line : ditaelf
Genre : Romance, Sad
Cast :
- Kwon Jiyoung aka G-Dragon
- Park Hyobyung (OC)
Desclaimer : 100% handmade (?) ORI dari otak sendiri. Semua yang ada di ff ini murni karangan author jadi jangan dicari kebenaran nya karena sudah pasti nggak akan nemu di sosmed atau blog manapun 😂. Copas ? Repost ? You die 🔫Annyeong ^0^ welcome to my FF 😊. Akhirnya setelah berperang dengan waktu dan tugas FF ini kelar juga 😇 Awalnya author ga nyangka bakal kelar nih FF berhubung banyak tugas. Awalnya author pesimis banget nih FF bakal jadi sesuai deadline. Tapi akhirnya kelar juga 😂. Baiklah daripada kelamaan karena author nyampah mulu langsung CEKIDOTT hayuuuk. Hope you like it, dan terima kasih untuk semua pihak yang sudah mendukung saya 😘
Typo gentayangan ~~
Dia pergi. Dan aku tak dapat berbuat apa-apa. Seperti orang bodoh, aku berdiri dengan hampanya disini. Aku seharusnya memperlakukanmu lebih baik ketika aku memilikimu. Jika tidak terlambat bisakah kita kembali bersama-sama ? – If You
Dering ponsel membangunkan seorang gadis cantik yang tengah tertidur lelap di meja makan apartementnya. Wajahnya terlihat sembap dan kantung matanya terlihat menebal. Ia masih enggan membuka matanya. Lebih tepatnya enggan menghadapi kenyataan yang menghadapinya. Namun, dering ponselnya terus berbunyi, membuatnya mau tidak mau harus bangun dan mengangkat panggilan masuk dari ponselnya itu. Menegakkan badannya yang terasa kaku karena semalaman tidur dimeja makan dengan posisi yang sama, duduk membungkuk dan meletakkan kepalanya diatas kedua tanggan nya yang ia lipat diatas meja. Mengerjapkan matanya berulang kali. Mencoba membiasakan matanya dengan cahaya yang menerangi ruangan ini. Namun kemudian, sinar matanya berubah menjadi sendu, terselip rasa sedih dan kekecewaan yang besar didalamnya. Kenyataan yang terlihat semakin jelas didepan matanya, membuat ia hanya bisa tersenyum pahit. Berbagai macam makanan dan kue tart berukuran sedang dengan lilin yang telah mati tersusun rapih di atas meja makan ruangan ini. Ia yang telah berkerja keras membuat semua ini menjadi nyata. Demi membuat sebuah makan malam romantis bersama kekasihnya. Semuanya telah ia susun dengan sempurna. Makan malam dengan susasana penuh cinta ketika jarum jam mendekati pukul 12 malam. Lalu ketika jarum jam telah berada di angka 12 pas ia akan mulai mengucapkan berbagai kata romantis untuk kekasihnya, berterimakasih karena selama 3 tahun ini telah menemani hari-harinya, dan berakhir dengan sebuah pesta kecil dengan kue tart yang telah ia siapkan. Ya, hari ini adalah ulang tahun kekasihnya bersamaan dengan hari jadi mereka yang ke-3 dan tadi malam ia berencana memberikan sebuah surprise kecil untuk kekasihnya. Namun impiannya hancur seketika ketika hingga pukul 12 malam kekasihnya tak kunjung datang ke Apartemennya. Alhasil, ia merayakan pestanya seorang diri. Ia mengakhiri pesta -seorang dirinya dengan membuat permohonan didepan sebuah kue tart yang telah ia siapkan. Ia menyatukan kedua tanggannya sambil memejamkan mata, menggumamkan permohonannya pada Tuhan. Harapannya hanya satu ‘Semoga Tuhan mendengar dan mengabulkan doanya’ lalu ia meniup lilin yang ada diatas kue tart itu hingga mati. Matanya masih terpaku pada lilin-lilin yang sudah mati itu. Pandangannya menerawang, mengingat apa yang terjadi padanya selama sehari ini. Hingga tanpa ia perintah, air matanya mulai menetes membasahi jari jemarinya yang saling bertaut diatas pangkuannya. Ia makin terisak ketika menyadari sudut hatinya terasa nyeri. Air matanya sudah tidak terbendung lagi. Ia menahan tangisnya yang seakan ingin meledak hingga bahunya berguncang. Gadis itu -Park Hyobyung, menangis seorang diri ditengah kegelapan malam.
Sejenak ia terlupa pada panggilan dari ponselnya. Pandangannya terus menerawang akan apa yang terjadi kemarin malam. Hingga tiba-tiba ia terbangun dari lamunannya, membuang jauh-jauh apa yang ia fikirkan dan meraih ponsel yang bahkan sejak tadi tidak ia hiraukan
“Yeoboseyo ?” Tanpa melihat siapa yang menelponnya Hyobyung menggeser tombol angkat pada layar ponselnya
“Hyo-ya, kau dimana ? Kenapa belum datang?”
“Oh Hyura-ya, aku masih dirumah. Emm, sepertinya aku tidak akan masuk kerja. Aku tidak enak badan. Tolong katakan pada PD Nam aku tidak masuk ya” Jelasnya. Ia tidak berbohong, jujur saja badannya terasa remuk terlebih hatinya. Ia hanya tidak ingin bekerja dengan kondisi seperti ini, ia yakin Hyura akan membombardirnya dengan banyak pertanyaan, dan ia juga tidak yakin bisa bekerja dengan baik sedangkan pikirannya melayang kemana-mana yang ada nanti malah ia mendapat masalah baru karena tidak konsentrasi.
“Kenapa ? Kau sakit ?” Tanya Hyura khawatir
“Emm, ya kurasa. Aku kelelahan”
“Ahh, baiklah. Apa perlu kutemani ke dokter ?”
“Tidak perlu, aku baik-baik saja. Hanya perlu istirahat dan minum obat”
“Benar tidak apa-apa ?” Hyura bertanya masih dengan nada khawatirnya
“Ne, Gwenchana” Balas Hyobyung seraya tersenyum, meskipun ia tahu Hyura tidak akan bisa melihat senyumnya ini
“Hhhh, baiklah. Jangan lupa istirahat dan minum obat Ok? Nanti aku katakan pada PD Nam. Aku akan kerumah mu sepulang dari kantor nanti”
“Hmm. Gomawoyo Hyura-ya”
Tut~~
Setelah memutuskan sambungan telepon, Hyobyung menyandarkan punggungnya dengan lesu ke sandaran kursi. Ia kembali menatap nanar meja makannya. Kecewa dan sedih, hanya dua kata itu yang dapat menggambarkan kondisi hatinya saat ini. Kemudian ia menggeleng kecil berulangkali, membuang segala pikiran buruk nya dan mencoba untuk ber-possitive thinking kepada kekasihnya itu
‘Mungkin dia sangat sibuk sampai tidak sempat mengabariku’ Tegasnya dalam hati. Ia mencoba mempercayai statement yang ia buat sendiri meskipun kenyataanya sangat bertolak belakang dengan apa yang ada di lubuk hatinya. Tanpa menunggu lebih lamal lagi, ia segera meraih ponselnya. Mendial sebuah nomor hingga terdengar nada sambung. Lama ia nenunggu namun tak ada jawaban dari kekasihnya itu. Hingga kemudian terdengar suara yang benar-benar terdengar menyebalkan ditelinganya. Suara seorang wanita operator telefon. Sial. Sepertinya kekasihnya itu benar-benar sibuk. Akhirnya ia pun memilih untuk meninggalkan sebuah pesan suara untuk kekasihnya
“Ini aku. Kau sangat sibuk ya ? Sampai menghubungimu saja sangat susah. Serasa seperti aku ini sedang di bulan dan kau dibumi. Kenapa tidak datang ? Kau tahu betapa sedihnya aku ? Setelah siang kemarin kau bahkan dengan jelas mengatakan padaku kalau kau bisa datang lalu tiba-tiba kau menghilang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Aku sudah membuatkan banyak makanan dan kue tart untukmu namun sepertinya semuanya akan berakhir ditempat sampah. Ini benar-benar tidak adil.” Hyobyung merajuk seperti anak kecil dalam pesan suaranya.
“Kenapa seperti ini ?” Ucapnya lirih, tiba-tiba nada suaranya berubah drastis. Tanpa sadar, air matanya kembali menggenangi pelupuk matanya. Ia terisak pelan. Namun itu tidak berlangsung lama. Ia segera menghapus air matanya dan tertawa hambar
“Hahahaha, aku bercanda. Aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk uri Young-ie. Semoga yang kau inginkan dapat terkabul. Selalu diberikan kesehatan oleh Tuhan. Ah ya dan satu lagi. Happy 3rd aniversarry dear. Terimakasih karena telah menemaniku selama 3 tahun ini. Aku bahagia bisa memiliki mu. I Love You. Jangan lupa telefon aku”
Pip~~
Hyobyung mengakhiri pesan suara nya. Menghela nafasnya sambil menyandarkan punggungnya. Kemudian ia menatap makanan itu kembali
‘Ini harus segera dibereskan’ Ucapnya dalam hati. Kemudian ia bangkit dari duduknya. Mengikat rambutnya asal, lalu mulai membereskan semua makanan yang ada dimejanya. Membawanya satu-satu dikedua tangannya, dan membawanya ke dapur untuk segera dibuang ke tempat sampah. Setiap makanan yang ia buang, ia selalu menghela nafas berat. Entahlah, hatinya masih terasa sakit dan lelah akan semua ini
Nama gadis itu Park Hyobyung, lahir di Seoul, 25 Januari 25 tahun lalu. Ia adalah seorang reporter disalah satu stasiun televisi ternama di Korea. Berasal dari keluarga sederhana dan ia adalah anak tunggal. Sejak kecil ia sudah di didik untuk disiplin dalam berhemat dan pandai-pandai dalam memanfaatkan uang. Maka tidak heran ketika umurnya baru menginjak 18 tahun ia sudah bisa menghidupi dirinya sendiri termasuk membayar biaya kuliahnya di salah satu universitas ternama Korea. Orang tuanya meninggal ketika usianya baru menginjak 10 tahun dalam sebuah kecelakaan mobil. Hanya ia yang selamat dalam tragedi itu sementara kedua orangtuanya tewas ditempat kejadian. Selama 8 tahun ia hidup bersama paman dan bibinya. Hingga suatu hari ketika ia merasa sudah terlalu banyak merepotkan bibinya dan ia juga merasa sudah bisa menghidupi dirinya sendiri, ia memutuskan untuk tinggal sendiri disebuah apartement sederhana yang ia beli dengan kredit
“Bibi, Paman, terima kasih karena telah merawatku selama ini. Maaf karena telah banyak merepotkan kalian. Dan maaf karena aku tidak bisa memberi apa-apa pada kalian. Tapi aku janji suatu saat aku akan membanggakan kalian juga ayah dan ibu” Ucap Hyobyung sungguh-sungguh
“Kau benar tidak apa-apa tinggal sendiri ? Kami sama sekali tidak merasa keberatan kau tinggal disini. Kau sudah kami anggap sebagai anak kami sendiri Hyo-ya, kau tidak perlu merasa sungkan pada kami” Ucap bibinya mencoba meyakinkan Hyobyung
“Tidak bi, kurasa aku sudah cukup dewasa untuk hidup sendiri. Anggap saja ini sebagai pelatihan untuk ku belajar hidup mandiri. Karena aku tidak mungkin selamanya akan terus bergantung pada bibi, kan ? Suatu saat aku juga akan berpisah dengan bibi dan menjalani hidup ku sendiri. Dari pada ketika hari itu tiba aku malah sedih dan tidak tahu harus berbuat apa, lebih baik mulai sekarang aku berlatih agar ketika hari itu tiba aku sudah siap dan aku hanya tinggal melanjutkan apa yang sudah kumulai dulu. Setidaknya aku tidak perlu pusing mencari pekerjaan dan tempat tinggal. Toh apartementnya tidak terlalu jauh dari sini, jika bibi merasa kesepian bibi bisa kerumah atau telefon aku, aku akan datang kesini” Jelas Hyobyung panjang lebar sambil sedikit bergurau untuk mencairkan suasana kaku diantara mereka
“Kau mendoakan paman dan bibimu ini cepat mati, ya ? Kau juga hanya akan kesini ketika bibi merindukanmu lalu menelfonmu ?” Bibi mencibir Hyobyung
“Aduuh bibi ini bicara apa. Tentu saja aku akan kesini jika aku ada waktu. Terserah bibi mau merindukanku atau tidak”
Hyobyung terus bergurau dengan bibi dan pamannya. Bibi terus memperhatikan wajahnya yang selalu mengeluarkan berbagai ekspresi berbeda, terkadang tersenyum, kesal karena terus-terusan digoda oleh pamannya, bahkan tertawa lepas. Semuanya ia rekam dan ia simpan dalam memori otaknya yang tersisa. Lalu ia teringat pada kejadian kecelakaan waktu itu. Hyobyung kecil yang menangis histeris melihat ayah dan ibunya. Serta sebuah pesan dari Oppa nya (ayah Hyobyung) yang menitipkan Hyobyung padanya. Bagaimana dulu ketika hari-hari setelah orangtuanya pergi ia bahkan hanya mengurung diri di kamar. Bagaimana anak yang dulu bahkan sangat ceria tiba-tiba kehilangan senyumnya. Tanpa sadar air mata telah mengalir di pipi sang bibi. Bagaimanapun kini Hyobyung sudah besar, ia sudah dewasa dan ia tidak perlu terlalu ikut campur dalam hidupnya. Ia bangga bisa membesarkan Hyobyung, setidaknya ia bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu dan juga merawat seorang anak meskipun bukan dari rahimnya sendiri. Karena mungkin ia memang ditakdirkan untuk tidak bisa memiliki seorang anak. Bahkan ia merasa sudah terlalu tua walau hanya untuk sekedar mengadopsi anak.
“Bibi kenapa ?” Tanya Hyobyung khawatir melihat bibinya yang tiba-tiba menangis.
‘Anak ini, dia terlalu cantik dan baik. Kasihan kalau dia harus menghadapi kerasnya dunia ini sendirian. Tapi apa boleh buat. Aku bahkan tidak bisa melarangnya.’
“Dasar keras kepala !” Bibi tiba-tiba memukul lengan Hyobyung. Membuat Hyobyung memekik
“Aww bibi ini apa-apa an sih ?” Kemudian bibinya itu hanya tertawa dan memeluk Hyobyung penuh kasih.
Bibi, aku berangkat ana uang saku ku ?” Tanya Hyobyung, ia bercanda, hanya ingin sekedar mencairkan suasana diantara mereka yang diliputi rasa sedih karena harus berpisah
“Kau ini benar-benar ya ?” Bibi hanya menatap nya tidak percaya
“Haha tidak aku bercanda. Paman aku berangkat dulu” Ia memeluk paman yang sudah ia anggap sebagai ayahnya sendiri itu setelah sebelumnya ia memeluk bibinya
“Ya, hati-hati. Hubungi kami jika kau membutuhkan bantuan. Terutama jika masalah keuangan”
“Arraseo. Baiklah aku berangkat dulu ne. Annyeong” Hyobyung melambaikan tangannya dan mulai keluar dari lingkungan rumah paman dan bibinya sambil menggeret koper besarnya. Ia berjalan menuju halte bus . Sebenarnya paman ingin mengantarnya hingga ke apartement barunya itu. Namun bukan Hyobyung namanya jika tidak keras kepala. Sebel ia benar-benar keluar dari lingkungan rumah bibinya, ia berbalik. Menatap pamam dan bibinya bergantian. Ia tahu, bibinya menahan mati-matian air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Menggoda bibinya untuk terakhir kali sebelum berpisah tidak apa-apa kan ? Tanya nya lebih kepada hatinya sendiri
“Bibi jangan menangis. Kita masih bisa sering ketemu kan ? Bibi ini seperti tidak akan bertemu lagi denganku saja” Hyobyung berkata sambil tersenyum lebar. Mencoba terlihat ceria. Padahal dalam hatinya ia juga sedih dan takut akan berpisah dengan bibinya. Sementara bibi yang ketahuan oleh keponakannya sendiri terlihat malu
“Kau ini . . . . Cepat pergi sana. Sebelum aku berubah pikiran dan menyeretmu kembali kerumah dan tidak akan mengijinkanmu tinggal sendirian sampai kapanpun !” Bibi menyahut dengan kesal, dan tanpa sengaja setetes air matanya mengalir begitu saja. Berat rasanya melepas “anak” nya ini pergi.
“Hahaha, arraseo. Aku pergi” Hyobyung hanya tertawa ringan lalu kembali melanjutkan langkahnya. Sementara Bibi sudah menangis tersedu-sedu dipelukan Paman.
“Annyeong haseyo G-Dragon ssi. Saya reporter Park Hyobyung dari stasiun TV NHC. Semoga kita dapat berkerjasama degan baik” Ucap Hyobyung sambil menjabat tangan G-Dragon
“Ne, saya G-Dragon. Mohon kerjasamanya”
Tanpa disangka, G-Dragon menjabat tangan Hyobyung dengan ramah. Tidak seperti yang Hyobyung pikirkan selama ini “G-Dragon adalah artis tenar dengan sejuta kesombongan dam keangkuhannya” seperti yang ia lihat di TV. Namun perkiraannya salah, pria itu bahkan tersenyum ramah padanya
Itu adalah awal pertemuan mereka. Berawal dari sebuah wawancara eksklusif antara dia dan G-Dragon yang membahas project solo debutnya dalam album One Of A kind yang akan rilis beberapa minggu lagi. Ia berkenalan dengan pria itu. Hingga semakin lama, mereka semakin dekat dan timbul perasaan cinta diantara mereka. Awalnya Hyobyung sudah menganggap bahwa apa yang ia jalani bersama perasaanya pada pria itu sudah salah. Mereka berbeda. Sangat jauh berbeda dari segi apapun. Namun ia juga tak bisa membohongi perasaanya pada pria itu dan jujur ia juga ingin memiliki pria itu.
“Aku bukan pria romantis yang bisa mengucapkan berbagai kata romantis, kau tahu itu bukan ? Dan aku juga tidak memiliki banyak waktu untuk mengucapkan itu. Jadi langsung ke intinya saja. Aku menyukai mu, entah sejak kapan. Tiba-tiba saja aku sudah menganggapmu sebagai wanita. Jadi apa kau mau menjalani hubungan ini denganku ? Aku tidak menjanjikan ini akan mudah, tapi percayalah aku akan berusaha agar semua ini menjadi mudah untuk kita. Jadi ?” Jiyoung -G Dragon menumpahkan seluruh isi hatinya didepan wanita ini. Berharap jawaban “YA” yang ia dapat.
“Kau ?” Hyobyung hanya menganga tidak percaya, ia tidak menyangka selama ini perasaannya terbalas
“Ya, aku gila. Aku benar-benar sudah gila karena mu !” Jiyoung berkata pelan, ia menatap dalam manik mata Hyobyung
‘Ya Tuhan, pria ini benar-benar tulus mencintaiku !’Hyobyung berteriak dalam hatinya
Hyobyung hanya menutup mulutnya dengan salah satu tangannya, tidak percaya. Hanya satu kata itu yang benar-benar menggambarkan isi hatinya
“Jadi bagaimana ?” Jiyoung kembali bertanya setelah beberapa saat Hyobyung hanya mematung menatapnya
“Ya, aku mau” Hyobyung menjawab dengan malu-malu. Sebenarnya daritadi pun hanya kata itu yang ingin ia teriakan namun ia hanya tidak ingin terlihat murahan didepan Jiyoung dengan langsung menerima cinta pria itu.